Ketika kita dihadapkan dengan sebuah pilihan, bimbang pasti merajai. Pertimbangan ini itu memprovokatori perang batin yang hebat. Padahal sejatinya hidup ini mengalir di atas pilihan dan keharusan menerima serta berbuat. Apalagi ketika kita telah terlanjur jatuh kedalam sebuah pilihan, otomatis sangat tidak nyaman dan sangat tidak mudah mencintai sesuatu yang tidak berkenan di hati. Tapi, sesungguhnya sangat lebih tidak nyaman kalo hidup yang singkat ini hanya diisi dengan kegelisahan dan penolakan. So, betapapun tidak menyenangkannya apa yang dihadapi, bagaimana kita berusaha maksimal untuk menghadirkan cinta dan ketulusan agar hidup ini terasa lebih ringan.
Dan memang benar bahwa setiap langkah kita adalah sebuah pilihan. Setiap hari yang dilalui, kita terjebak dalam pilihan yang kita tentukan dan juga pilihan diluar batas ketentuan kita. Terlepas dari memilih dan tidak memilih, hidup pun harus terus berjalan di perputarannya. Ada 6 alasan tentang ‘keharusan menjalani’ – nya:
1. Harus dijalani karena kita tidak bisa memilih
Terlahir menjadi seorang perempuan atau laki-laki adalah pilihan dari Allah, makanya jangan pernah mengubah kodrat. Kita terlahir di keluarga ini, dari ibu A dan ayah B, kita tidak bisa memilih. Sekalipun kondisi anak dan orang tua berbeda keyakinan, Allah tetap memerintahkan untuk berbakti dan berbuat baik. Hadir ke dunia dalam kondisi fisik yang sempurna atau tidak, itu takdir Allah. Atau, kita bisa memilih ayah dan ibu untuk anak-anak kita, tapi kita tidak pernah bisa menentukan anak yang akan dilahirkan karena sepenuhnya kehendak Allah. So, kita harus menjalani pilihan dan takdir dari Allah dengan sepenuh hati.
2. Harus dijalani karena sebuah tanggung jawab.
Semua hal yang disebut sebagai amanah dalam kehidupan ini baik datang dari Allah atau dari manusia adalah tanggung jawab. Tanggungjawab kadang datang karena pilihan, kesempatan atau karunia. Amanah sebagai pemimpin, orang tua, anak, pekerja, mahasiswa, apapun amanah yang ada dalam genggaman semua adalah tanggung jawab yang harus dijalankan dengan baik. Mencintai dan menjalani semaksimal mungkin, karena itu yang ada dihadapan kita sekarang. Dan kita harus sadar bahwa amanah yang ada dipundak masing-masing pasti akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah. Awalnya mungkin saja itu pilihan kita, diminta atau diberi tapi setelah itu kita tidak punya pilihan selain menunaikan nya dengan baik.
3. Harus dijalani karena risiko dari sebuah keputusan
Terhadap suatu pilihan yang dihadapi, kita lah yang punya otoritas memutuskan, tidak ada yang berhak memaksa atau mengintervensi. Orang lain hanya memberikan pandangan, nasihat ataupun saran dan keputusan kembali pada kita. Karena itu, tentu kita yang menanggung segala risiko dari pilihan yang kita putuskan dan tidak ada satu keputusan pun tanpa risiko. Dan kita harus menjalani secara tulus karena hidup sendiri memiliki konsekuensi. Misalnya, seorang pemimpin harus siap kadang dipuji dan kadang dicaci. Itu konsekuensinya, tapi selalulah berusaha mencapai titel pemimpin yang adil karena Rasul bersabda “ Amal kebaikan sehari dari seorang pemimpin yang adil lebih baik daripada ibadah selama 60 tahun” (H.R, Thabrani)
4. Harus dijalani karena sebagai sarana untuk sampai pada yang dituju
Keputusan seseorang memilih pasti didasari tujuan yang ingin dicapai. Namun, seringkali dibalik pilihan itu, ada ujian-ujian khusus yang harus dihadapi untuk sampai ke tujuan. Ini bukan konsekuensi atau risiko tapi aturan yang mesti dilewati sebagai sarana penempaan diri yang membuat kita lebih teruji dan sabar. Apakah kita menyerah atau sanggup bertahan meraih tujuan yang diinginkan?? Ketika memilih profesi ini, pasti ada aturan sebagai rambu-rambu. Melanggar atau tidak, itu sebuah ujian. Ketika memutuskan menjadi seorang muslim yang baik, ada aturan dan koridor yang harus dijalani. Ketika saya memutuskan berhijab dengan baik, harus siap dengan aturan-aturan yang ada agar tidak menodai hakikat hijab yang diajarkan. Dan kita harus menjalani dengan cinta untuk mencapai tujuan ridha Allah.
5. Harus dijalani setelah usaha maksimal yang dilakukan
Pilihan yang tersedia memang banyak, dan setiap orang pasti memiliki hasrat untuk memilih yang terbaik. Tapi kenyataan nya, terkadang kita dipaksa tunduk oleh keadaan untuk menerima pilihan yang tidak disukai. Misalnya saja ketika memutuskan untuk memilih study atau pekerjaan, seringkali kita lihat dan mungkin kita sendiri merasakan kalo akhirnya kita terdampar pada pilihan yang tidak kita harapkan. Tapi, hanya itulah yang ada, setelah kita mengejarnya kemana-mana. Dan ternyata langkah ini terhenti sampai batas ini untuk sementara waktu. Tugas kitalah kembali menghadirkan cinta untuk menjalaninya.
6. Harus dijalani karena hanya memang kita yang dituntut melakukannya
Seperti sudah dikatakan sebelumnya, pilihan menjadi seorang muslim pasti disertai adanya kewajiban, tugas dan tanggungjawab individu yang tidak bisa didelegasikan pada siapapun. Sebagai seorang anak, tidak ada yang menggantikan tanggungjawab kita pada orangtua. Ketika menjadi seorang ayah atau ibu untuk anak-anak, tidak ada yang menggantikan tugas dan tanggunjawab kita terhadap mereka.
Dari alasan-alasan keharusan menjalani pilihan-pilhan tersebut, maka kita hanya dituntut untuk seperti yang sudah sering disebutkan diatas yaitu menjalani dengan sepenuh hati, menghadirkan cinta dan ketulusan dalam menjalaninya. Memang bukan hal yang mudah, tapi insya Allah pasti bisa. Jangan sampai kita hanya menghabiskan masa dengan sesuatu yang tidak ada dalam genggaman, melelahkan jiwa dengan terus merenungi nasib dan merusak hati dengan menyalahkan takdir. Jika kita menjalani sungguh-sungguh dengan cinta, boleh jadi Allah suatu saat akan membukakan jalan kemudahan melalui pintu kesabaran.
Mudah-mudahan kita menjadi orang-orang yang bijak menyikapi pilihan. Jalan masih panjang =)
Semoga bermanfaat !!!!!!
Referensi: Kajian Utama Tarbawi edisi Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar