21 Nov 2010

Disesatkan di Jalan Tak Berujung

Sewaktu menghadiri sarasehan Dakwah Kampus (DK) di kota Pahlawan, menggali kembali memori dan catatan sejarah tentang memoar DK yang pernah dilalui di bumi Andalas. Kembali diingatkan tentang Trilogi DK: Moral force, Agent of change, dan Iron stock. Menjadi generasi yang bertanggung jawab memperbaiki moral (fungsi da'i), menjadi generasi peubah yang mempunyai tanggung jawab sosial kemasyarakatan, generasi yang membangun potensi akademik dan kematangan profesi. Ketika Allah menyesatkan di sini, di jalan yang tak kan pernah berujung. Ketika filosofi hidup telah berubah: Allah ghoyatuna, Rasulullah qudwatuna, Al-qur'an dusturuna, Al-jihad fisabiluna, al-mautu fisabilillah. Sungguh luar biasa menggetarkan hati. Awalnya sungguh terasa indah ketika kegersangan hati disirami kesejukan embun surgawi. Bukan berarti setelah menjalani akan menjadi tidak indah, namun setelah itu, komitmen, istiqomah, taddiyah(pengorbanan) dan kesungguhan akan diuji. Seleksi alam akan berlaku disini, siapa yang akan bertahan dan siapa yang akan hengkang.

DK bukan gerakan heroik juga bukan gerakan politik. Hanya kumpulan orang-orang yang mendambakan peradaban islam dan mencoba berkontribusi untuk melanjutkan perjuangan kekasih Allah. Dakwah kampus memang lumbung untuk mencari para penerus risalah Rasulullah dan sangat produktif untuk mewujudkan cita-cita daulah. Karena kampus menyimpan generasi-generasi muda yang menentukan masa depan bangsa dan agama. Banyak cerita, banyak problematika, dilematika dan segala macam perasaan lainnya, semua itu hanya kerikil-kerikil demi mewujudkan indahnya islam. Kampus sebagai miniatur realita kehidupan setelah pasca kampus nantinya. Merubah pandangan hidup bahwa hidup hanya untuk Dia yang Maha Hidup. Setiap ucapan menjadi tasbih, setiap langkah menjadi ibadah, setiap senyuman menebar kedamaian.

Hidup memang dinamis, segala sesuatu pasti berubah. Kebutuhan berubah, karakteristik berubah, objek dakwah berubah tentunya sistem harus berubah jika estafet harus berlanjut. Baru kemarin rasanya mengenal dan memahami jalan ini. Pergantian siang dan malam telah mencabik-cabik masa. Ahh..apalagi yang dirasakan oleh para pendahulu, para assabiqul awwalun DK. Sudah banyak asam garam dan pahit getirnya perjuangan mereka di bandingkan saya yang baru seumur jagung , yang belum pernah berada di garda terdepan, yang hanya ibarat butiran pasir di hamparan begitu luas. Hanya satu kata kunci untuk mengontrol diri yaitu tujuan hanya untuk Allah rabbul izzati. Bukan untuk menjadi selebrity juga bukan untuk memperbanyak lembaran CV pengalaman organisasi.

Ada satu kisah tentang seorang panglima islam "Muhammad Al-Fatih" seorang pemuda yang berhasil menaklukkan constatinopel di usia 22 tahun. Pada masa itu kejayaan islam sangat gemilang. Constatinopel yang merupakan kota paling strategis di belahan bumi. Sehingga Napoleon mengatakan jika semua daratan yang ada di permukaan bumi ini bersatu maka constatinopel adalah yang paling strategis sebagai ibukota dunia. Itulah yang ditaklukkan oleh panglima terbaik dan tentara terbaik dalam sejarah peradaban islam. Ya...di bawah pimpinan seorang yang masih sangat muda. Al-Fatih menorehkan prestasi gemilang, sekali lagi pada usia 22 tahun dan sebelum beliau menikah. Sedikit menarik disini, menikah memang penyempurnaan separoh agama. Jika dicermati di dunia DK, banyak rekan-rekan mahasiswa yang belum terjamah oleh dakwah berpandangan bahwa aktifis dakwah adalah orang-orang yang bakalan cepat menikah bahkan selagi kuliah saja ada yang berani menikah. Sehingga mereka sering mempertanyakan dan terkadang menjadi polemik. Memang ini sangat-sangat tidak salah dan juga sunnah Rasulullah. Wajar juga kalau setiap manusia pasti ada berpandangan baik dan buruk. Namun, jika berkaca kepada sosok Al-Fatih dan belajar dari kisah beliau, apakah kita tidak ingin seperti beliau???. Jangan sampai halaqoh2 hanya hidup ketika materi munakahat dan lesu ketika materi2 lainnya. Menjadi generasi terbaik bukan hanya impian jika kita siap untuk menjadi pilar-pilar peubah peradaban. Menguatkan pundak untuk menyandang amanah.

Terlalu mahal jika potensi yang ada dibiarkan tidak berfungsi. Imam Al-Bana berpesan "bangunlah dakwah dengan kedekatan hati".
Allah akan menilai proses bukan hasil, namun bukan berarti tidak memperdulikan hasil. Sebab
“Sesungguhnya amal itu terletak pada hasil akhirnya” (al-hadits). So..tetaplah berproses. Process to keep moving forward, not at rest moreover moving backward.