28 Apr 2011

Menghadirkan cinta dan ketulusan diantara pilihan


Ketika kita dihadapkan dengan sebuah pilihan, bimbang pasti merajai. Pertimbangan ini itu memprovokatori perang batin yang hebat. Padahal sejatinya hidup ini mengalir di atas pilihan dan keharusan menerima serta berbuat. Apalagi ketika kita telah terlanjur jatuh kedalam sebuah pilihan, otomatis sangat tidak nyaman dan sangat tidak mudah mencintai sesuatu yang tidak berkenan di hati. Tapi, sesungguhnya sangat lebih tidak nyaman kalo hidup yang singkat ini hanya diisi dengan kegelisahan dan penolakan. So, betapapun tidak menyenangkannya apa yang dihadapi, bagaimana kita berusaha maksimal untuk menghadirkan cinta dan ketulusan agar hidup ini terasa lebih ringan.
Dan memang benar bahwa setiap langkah kita adalah sebuah pilihan. Setiap hari yang dilalui, kita terjebak dalam pilihan yang kita tentukan dan juga pilihan diluar batas ketentuan kita.  Terlepas dari memilih dan tidak memilih, hidup pun harus terus berjalan di perputarannya. Ada 6 alasan tentang ‘keharusan menjalani’ – nya:
1.       Harus dijalani karena kita tidak bisa memilih
Terlahir menjadi seorang perempuan atau laki-laki adalah pilihan dari Allah, makanya jangan pernah mengubah kodrat. Kita terlahir di keluarga ini, dari ibu A dan ayah B, kita tidak bisa memilih. Sekalipun kondisi anak dan orang tua berbeda keyakinan, Allah tetap memerintahkan untuk berbakti dan berbuat baik. Hadir ke dunia dalam kondisi fisik yang sempurna atau tidak, itu takdir Allah. Atau, kita bisa memilih ayah dan ibu untuk anak-anak kita, tapi kita tidak pernah bisa menentukan anak yang akan dilahirkan karena sepenuhnya kehendak Allah. So, kita harus menjalani pilihan dan takdir dari Allah dengan sepenuh hati.
2.       Harus dijalani karena sebuah tanggung jawab.
Semua hal yang disebut sebagai amanah dalam kehidupan ini baik datang dari Allah atau dari manusia adalah tanggung jawab. Tanggungjawab kadang datang karena pilihan, kesempatan atau karunia. Amanah sebagai pemimpin, orang tua, anak, pekerja, mahasiswa, apapun amanah yang ada dalam genggaman semua adalah tanggung jawab yang harus dijalankan dengan baik. Mencintai dan menjalani semaksimal mungkin, karena itu yang ada dihadapan kita sekarang.  Dan kita harus sadar bahwa amanah yang ada dipundak masing-masing pasti akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah. Awalnya mungkin saja itu pilihan kita, diminta atau diberi tapi setelah itu kita tidak punya pilihan selain menunaikan nya dengan baik.
3.       Harus dijalani karena risiko dari sebuah keputusan
Terhadap suatu pilihan yang dihadapi, kita lah yang punya otoritas memutuskan, tidak ada yang berhak memaksa atau mengintervensi. Orang lain hanya memberikan pandangan, nasihat ataupun saran dan keputusan kembali pada kita. Karena itu, tentu kita yang menanggung segala risiko dari pilihan yang kita putuskan dan tidak ada satu keputusan pun tanpa risiko. Dan kita harus menjalani secara tulus karena hidup sendiri memiliki konsekuensi. Misalnya, seorang pemimpin harus siap kadang dipuji dan kadang dicaci. Itu konsekuensinya, tapi selalulah berusaha mencapai titel pemimpin yang adil karena Rasul bersabda “ Amal kebaikan sehari dari seorang pemimpin yang adil lebih baik daripada ibadah selama 60 tahun” (H.R, Thabrani)
4.       Harus dijalani karena sebagai sarana untuk sampai pada yang dituju
Keputusan seseorang memilih pasti didasari tujuan yang ingin dicapai. Namun, seringkali dibalik pilihan itu, ada ujian-ujian khusus yang harus dihadapi untuk sampai ke tujuan. Ini bukan konsekuensi atau risiko tapi aturan yang mesti dilewati sebagai sarana penempaan diri yang membuat kita lebih teruji dan sabar. Apakah kita menyerah atau sanggup bertahan meraih tujuan yang diinginkan?? Ketika memilih profesi ini, pasti ada aturan sebagai rambu-rambu. Melanggar atau tidak, itu sebuah ujian. Ketika memutuskan menjadi seorang muslim yang baik, ada aturan dan koridor yang harus dijalani. Ketika saya memutuskan berhijab dengan baik, harus siap dengan aturan-aturan yang ada agar tidak menodai hakikat hijab yang diajarkan. Dan kita harus menjalani dengan cinta untuk mencapai tujuan ridha Allah.
5.       Harus dijalani setelah usaha maksimal yang dilakukan
Pilihan yang tersedia memang banyak, dan setiap orang pasti memiliki hasrat untuk memilih yang terbaik. Tapi kenyataan nya, terkadang kita dipaksa tunduk oleh keadaan untuk menerima pilihan yang tidak disukai. Misalnya saja ketika memutuskan untuk memilih study atau pekerjaan, seringkali kita lihat dan mungkin kita sendiri merasakan kalo akhirnya kita terdampar pada pilihan yang tidak kita harapkan. Tapi, hanya itulah yang ada, setelah kita mengejarnya kemana-mana. Dan ternyata langkah ini terhenti sampai batas ini untuk sementara waktu. Tugas kitalah kembali menghadirkan cinta untuk menjalaninya.
6.       Harus dijalani karena hanya memang kita yang dituntut melakukannya
Seperti sudah dikatakan sebelumnya, pilihan menjadi seorang muslim pasti disertai adanya kewajiban, tugas dan tanggungjawab individu yang tidak bisa didelegasikan pada siapapun. Sebagai seorang anak, tidak ada yang menggantikan tanggungjawab kita pada orangtua. Ketika menjadi seorang ayah atau ibu untuk anak-anak, tidak ada yang menggantikan tugas dan tanggunjawab kita terhadap mereka.

Dari alasan-alasan keharusan menjalani pilihan-pilhan tersebut, maka kita hanya dituntut untuk seperti yang sudah sering disebutkan diatas yaitu menjalani dengan sepenuh hati, menghadirkan cinta dan ketulusan dalam menjalaninya. Memang bukan hal yang mudah, tapi insya Allah pasti bisa. Jangan sampai kita hanya menghabiskan masa dengan sesuatu yang tidak ada dalam genggaman, melelahkan jiwa dengan terus merenungi nasib dan merusak hati dengan menyalahkan takdir. Jika kita menjalani sungguh-sungguh dengan cinta, boleh jadi Allah suatu saat akan membukakan jalan kemudahan melalui pintu kesabaran.
Mudah-mudahan kita menjadi orang-orang yang bijak menyikapi pilihan. Jalan masih panjang =)
Semoga bermanfaat !!!!!!

Referensi: Kajian Utama Tarbawi edisi Januari 2011

21 Apr 2011

Renungan wanita Indonesia di 21 April

Selamat Hari Kartini untuk Indonesia...
Semoga kita terutama saya sebagai bagian dari wanita Indonesia mampu memahami makna perjuangan yang dibawa oleh 'sang pencerah' kaum wanita Indonesia pada masa itu. R.A Kartini.
Dari beberapa literatur yang saya baca, patut digaris bawahi kalau Emansipasi jangan pernah disamakan maknanya dengan Feminisme. Sekali lagi Emansipasi bukan Feminisme.
Feminisme yang diagung-agungkan bangsa barat dan juga memiliki beragam aliran feminisme mulai dari radikal, marxis, anarkis, sosialis dan lain sebagainya. Pada hakikatnya, mereka menuntut segala hal tentang kehidupan ini jangan pernah dibatasi oleh gender. Kesetaraan hak dan kesetaraan gender. Intinya itu saja, baik mereka menganut aliran apapun.
Sedangkan Kartini, beliau bukan bagian dari mereka. Jargon emansipasi yang diusung, bernilai sangat jauh lebih bijak dan tidak mengeluarkan kita dari kodrat/fitrah sebagai wanita. Awalnya, Kartini menuntut kesetaraan pendidikan, hal ini dilandasi karena setiap wanita akan menjadi seorang Ibu. Menjadi Ibu bukan hanya sekedar melahirkan dan membesarkan putra-putri mereka, tapi mendidik dan hal ini perlu ilmu.
Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan
hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam
tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.

[Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902]
Kartini kala itu mengagumi wanita barat yang tampak lebih maju. Ketika Kartini menuntut ilmu di Eropa, ternyata kekaguman nya terhadap wanita barat selama ini keliru. Ada hal yang hilang dibalik kemajuan mereka. Sehingga Kartini mendalami kitab sucinya yang mulia (Al-Qur'an) semasa sekolah di Eropa. Dengan berlandaskan itu dan mengkolaborasikan dengan ilmu yang beliau dapat disana lahirlah pemikiran yang cemerlang. Tulisan-tulisan yang sampai saat ini maknanya tidak pernah pudar. Habis Gelap Terbitlah Terang. Yappsss... yang terinspirasi dari ayat Al-Qur'an (Minaz-zhulumati ilan-nuur..)
Sekarang kita telah mencicipi manisnya perjuangan beliau. Kita bisa lihat wanita-wanita Inspiratif Indonesia masa kini. Yang berprestasi dan berharga diri. Mari kita banyak belajar dari mereka. Sebut saja Sri Mulyani, Meutia Hatta, Asma Nadia, Khofifah, Mira Lesmana, masih sangat banyak contoh-contoh lainnya.
Hmm...walaupun, kita tidak bisa pungkiri masih ada dan mungkin masih banyak di negeri ini kejahatan dan perampasan hak wanita dalam beberapa hal. Sebenarnya, kita disuruh kembali berkaca dan belajar mengevaluasi mengapa hal itu masih terjadi. Benar sabda Rasulullah: "sesungguhnya fitnah terbesar adalah wanita". Nah..bagaimana kita berusaha untuk tidak menjadi fitnah. Coba kita lihat kenyataan nya: wanita masih diekspose dimana-mana, anugerah keindahan fisik dari Tuhan masih di obral secara murah. Dan masih banyak hal-hal lain yang sebenarnya kita sendiri sebagai wanita yang menghancurkan harga diri dan derajat kita yang terhormat. Mari menempa diri untuk bermetamorfosa menjadi wanita yang tangguh dan cerdas. Tangguh bukan dalam hal adu otot. Tangguh menaklukan kehidupan. Cerdas dalam bertindak. Menjadi yang berguna bagi masyarakat, menjadi anak yang berbakti, menjadi sosok Ibu yang penuh kasih sayang dan menjadi sosok dibalik hebatnya seorang laki-laki. Seperti Khadijah dibalik mulianya Rasulullah, seperti Ainun dibalik Habibie, seperti Ibu kita dibelakang bapak kita.
Kita bangsa timur yang sangat dikenal berbudi pekerti luhur. Jika semua itu dikombinasikan dengan keagungan yang di ajarkan Al-Qur'an. Negeri yang madani itu bukan hanya mimpi. Bangsa yang terhormat bukan hanya khayalan. Karena kokoh dan terhormatnya sebuah negeri lihatlah dari kaum wanita di negeri itu seperti apa. Perjuangan Kartini masih belum berakhir dan tidak akan pernah berakhir. Esafet itu masih akan diperjuangkan oleh orang-orang yang memiliki satu visi dan misi dengan mu.

referensi: wikipedia, antara, milist Isnet dan para blogger.

15 Apr 2011

My Little Sister

Wow.. It's middle of April. Absolutely time run so fast. Whhuss...whuss.. Fastest rising..
Refreshing dikit ahh..dibawah tekanan Final Project yang menggila..whooaa.. Sudah tidak sabar mengakhiri semua ini. Hyyaaaahh... 
Mo cuap-cuap dulu d blog. Nyuri waktu dikit..gapapa lah ya.. Even though I don't have idea. Just share my cryptic alias geje story. Bener ngga ya cryptic itu bisa diartiin 'geje'??? hahaha.. Tak perduli dah..

My little sister. I'm proud of her. One of my motivation.
Kangen ngusilin dikau dinda..
Omongannya sering nyeletuk n nyelekit (hhowk). Celetukan dengan wajah polos tak berdosa yang sering bikin saya tertohok...huuhuu...
--> Kalo disuruh belajar paling susah. Eeeeh.. malah ngjawab. "Kalo  mo pinter itu kak, dengerin guru dengan serius kalo njelasin dikelas, kerjain tugas-tugasnya. Ya udah itu aja, ngapain belajar banyak-banyak dirumah" (waaKkkkssSs)...:-x
-->"Kak, kapan wisuda???sekolah koq lama bangett. Kerjaannya jalan-jalan terus sieh". Appaaaa????addooh... 
-->"Ayyoo buruan tamat, trus cari duit!! Mo minta di beliin buku nieh. Kasian minta abah terus, buku sekarang mahal". Lhaaaa....(berasa di jtok..jtok pake palu yang gueede) :-x :-o
--> "Eehh kak, ntar jangan nikah dulu ya, sebelum ngajak aku jalan-jalan ke luar   negeri"....ehm..ehm..Aminn. Trus..."Ntar kakak nyari suaminya orang bule aja yang muslim n alim, kalo ga Islam, ya di Islam kan.. Wuihh..kan keren kalo aku punya ponakan blasteran bule".. Whaattttt???? #--%^*&!!...bule dari mane.. Ngawurr abis nieh anak. Ammppuunnn...
--> "Aku ikut ekskul beladiri lho di sekolah.. Ntar kalo kakak pulang, aq mo ngajak sparring ya.. Haha.." Wow..wew..Suka nieh bagian yang ini. Haha.. Emak punya jagoan 2 srikandi sekarang.. Siippzz..


Yaahh..itu hanya sebagian kecil saja. Walaupun menyakitkan, tapi menyemangati saya. Masih ada yang menyakitkan-menyakitkan lainnya. :'(
"Because u're amazing... Just the way you are.." heheheh ^.^v
Pray for me sista. To make our dreams come true. Luv u.. Luv u..

4 Apr 2011

Ketika Izrail Menjemput Menuju Keabadian

Hari ini, ITS diselimuti awan duka. Tiga mahasiswa jurusan teknik sipil 2008 meninggal dunia akibat kecelakaan, sepulang dari agenda Civil Expo ITS 2011 di Grand City. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un..
Kabar ini jadi headline hari ini di kampus. Semoga semua amalannya diterima disisi Allah dan ditempatkan di tempat terbaik disisiNYA.

Sungguh, kita yang masih bisa menghirup udara Allah kembali di ingatkan bahwa maut itu sangat dekat. Tak ada satupun yang tau kapan Izrail diperintahkan Allah untuk menjemput kita menuju keabadiaan. Siapa yang menyangka mereka (3 orang) itu akan meninggal hari ini. Maut tidak mengenal usia dan tidak mengenal sehat atau sakit. Semestinya kita harus siap dan mempersiapkan diri ketika waktunya telah tiba untuk giliran kita.
Tahun lalu, sahabat baik ku juga telah Engkau panggil di usia yang masih muda seperti mereka. Aku hanya bisa menangis dan mengenang hari-hari yang pernah kami lalui. Aku tidak sempat sekalipun melihat dia terbaring lemah menahan sakit hingga dia pergi meninggalkanku selamanya. I miss u so 'Sherly'.. =(

Rabb...
Kutau, seharusnya jiwa ini rindu akan kematian, rindu untuk khusnul khatimah dan bertemu dengan-Mu.
Tapi...jiwa ini masih sangat takut. Takut akan bekal yang belum cukup, takut karena setiap jengkal raga ini dan setiap langkah kaki ini masih dipenuhi dosa pada Mu. Astaghfirullahal'adzim...

Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” 
(QS. 62:8)

Janji-Mu pasti Tuhan. Hanya Engkau lah yang berkuasa dan berkehendak atas nafas yang Kau berikan dan Kau ambil kembali.
Entah kapan waktuku.... Sekian puluh tahun lagi? Esok? Atau mungkin saja beberapa jam, menit or detik setelah menulis ini..?? Semua misteri-Mu. Telah tertulis di Lauhul Mahfudz-Mu.
Ihdinasshiratalmustaqim... Tunjukkan kami kepada jalan yang lurus Rabb...dan panggil kami dalam keadaan sebaik-baiknya. Khusnul Khatimah ya Allah...