19 Jun 2010
be happy, just not be glad
”Kegembiraan kita bisa bersumber dari yang kita miliki, tetapi lebih banyak kebahagiaan kita mewujud dari kedamaian kita dalam menerima yang tidak kita miliki. Tidak memiliki tidak otomatis menjadikan kita kekurangan, seperti memiliki tidak otomatis menjadikan kita kelebihan.” (Mario Teguh).
Sungguh sebuah ungkapan yang manis. Memang manusia memiliki sifat yang tidak pernah puas, hingga dia mendapatkan apa yang dia inginkan untuk dimiliki. Dan variabel kepuasan itu sungguh sangat abstrak adanya. Kegembiraan setiap orang, nyata memang memiliki standarisasi yang berbeda-beda. Dan menurut saya, gembira hanya merupakan ekspresi dari ungkapan jiwa yang sesaat, artinya ketika telah mendapatkan hal yang lebih dari sebelumnya maka kegembiraan itu akan berubah tentunya. Manusiawi memang. Sedangkan kebahagiaan memiliki makna yang lebih maknawi. Kebahagiaan merupakan kondisi jiwa yang tenang, damai, ridho terhadap diri sendiri dan puas dengan ketetapan dan keputusan Allah (Muraqabatullah). Yaa.. Muraqabatullah, berkaitan lagi dengan satu kata "ikhlas". Ikhlas, ilmu yang tidak pernah ada kurikulum dan standar kompetensi, yang tidak pernah ada guru, melainkan lahir dari kesucian jiwa dan hanya yang Maha Menggenggam jiwa yang mengetahui kadar ikhlas hambaNya dan satu-satunya yang berhak menilai keikhlasan hambaNya. Ahh..seperti saya jago berfilsafat saja..=D. Jika dianalisa sedikit lagi, dalam bahasa inggris pun memang berbeda, gembira=glad, bahagia=happy. Walau kadang disinonimkan. Hmm...Thanks inspirasinya pak mario, membuat saya sedikit berfikir menganalisa dan memahaminya. I want to get happiness, not only gladness.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar